Banner 468 x 60px

 

Sabtu, 18 Februari 2012

MEMBANGUN PEMIMPIN BERKARAKTER

0 komentar

Hadirnya pemimpin adalah sebuah Sunatullah yang selalu ada dalam seluruh sisi kehidupan manusia. Mulai dari level terendah seperti keluarga hingga level tertinggi yakni negara. Sedangkan wacana dan praktek tentang kepemimpinan adalah tema yang tidak akan pernah usang untuk dikaji dan disikusikan. Sejak ribuan tahun lalu sejarah telah mencatat lahir dan bergantinya para pemimpin dunia. Sejarah telah memberikan pelajaran berharga pada kita bahwa hanya pemimpin berkarakterlah yang akan terus dikenang dan menjadi teladan bagi umat manusia. Melalui tulisan yang singkat ini, saya mencoba untuk berbagi gagasan tentang beberapa ciri pemimpin yang berkarakter dan pelajaran apa saja yang dapat kita ambil dari kehidupan para pemimpin yang berkarakter tersebut. Dan semoga artikel ini berguna bagi diri pribadi saya khususnya dan akan selalu berusaha sekuat tenaga, daya dan upaya agar saya dapat menjadi pemimpin yang berkarakter sehingga dapat dijadikan panutan bagi masyarakat luas. semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan lahir dan batin kepada diri saya untuk merealisasikannya. Amiiin ya rabbal 'alamin.
Secara sederhana saya akan memaparkan  tiga ciri pemimpin yang berkarakter.
1.      Memimpin dengan Keunggulan
Karakter pertama adalah pemimpin yang dalam setiap aktivitasnya selalu berusaha untuk menghasilkan hal-hal yang produktif dan berkualitas untuk menjadi yang terbaik dan unggul. Setiap waktu yang terpakai dan aktivitas yang dilakukan memberikan manfaat sehingga tidak ada hal yang sia-sia. Pemimpin yang berkarakter seperti ini memiliki sense of purpose, memiliki visi dan tujuan yang jelas sehingga setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu terencana dan memiliki dampak yang terukur. Setiap capaian-capaian yang dihasilkan selalu dievaluasi sehingga sekecil apapun kelemahan dan kekurangan yang terjadi akan secepatnya dapat diperbaiki.
Spirit perbaikan ini terwujud dengan adanya upaya terus-menerus memaksimalkan potensi, kemampuan dan ketrampilan dan selalu mencoba menjadi yang terbaik melalui continuous improvement. Hal ini sejalan dengan Hadits Rasulullah yang mengatakan bahwa beruntunglah orang yang kondisi sekarang lebih baik dari hari kemarin.
Contnuous Improvement adalah sebuah pendekatan sistematis dalam usaha terus menerus menemukan dan mengeliminasi penyebab utama suatu permasalahan, dipopulerkan oleh W. Edward Deming tahun 1950-an. Semangat continuous improvement merupakan nilai-nilai luhur bangsa Jepang yang telah diaplikasikan oleh perusahaan raksasa otomotif Toyota. Nilai ini memberikan gambaran pada kita tentang bagaimana mencapai standar kualitas yang optimal melalui beberapa langkah perbaikan yang sistematis dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Filosofi Continuous Improvement merupakan transformasi dari konsep Kaizen; konsep yang memaksa kita memperbaiki setiap kesalahan yang muncul dalam proses produksi secara bertahap yang dimulai dengan memperbaiki kesalahan yang besar hingga kesalahan yang kecil sampai tidak ditemukan lagi kesalahan dalam proses produksi.
Perbaikan terus menerus sangat penting karena kepemimpinan yang unggul ditentukan oleh pemikiran yang berkualitas sebagaimana tindakan yang terbaik didahului oleh pikiran yang terbaik pula. Pemimpin yang berkualitas secara mental akan membingkai kembali situasi-situasi untuk membantu dirinya dan orang yang dipimpinnya dalam melihat tantangan-tantangan dalam pandangan yang positif. Kondisi dan permasalahan yang dihadapi pada saat tertentu mungkin boleh jadi  sama, tetapi pemimpin yang berkualitas mampu melihat lebih dalam dengan sudut pandang yang berbeda, sehingga menghasilkan analisa dan solusi-solusi baru yang berbeda dari pada umumnya.
Salah satu contoh pemimpin yang unggul adalah Margaret Thatcher, seorang wanita yang memiliki julukan “Wanita Besi”. Ia tidak pernah putus asa jika tanda-tanda kemenangan belum dilihatnya, dan terus berjuang sampai sukses berhasil diraih. Beberapa kali Thatcher mengalami kegagalan,  tetapi ia terus maju, sampai akhirnya dipercaya memegang jabatan Menteri Pendidikan di usianya yang ke-44 dan akhirnya menjadi Perdana Menteri sepuluh tahun kemudian, dan menjabat posisi ini hingga tiga periode berturut-turut.
2.      Memimpin dengan profesional
Profesionalitas menjadi kata kunci bagi siapa pun atau institusi apa pun yang ingin maju. Mengapa sikap profesionalitas ini penting? Karena dunia kita ini terus berkem­bang dan tantangan-tantangan yang semakin kompleks. Tanpa dibarengi dengan peningkatan kemampuan para pemimpinnya  maka bersiaplah untuk tersisih dari persaingan. Menjadi pemimpin berarti menjawab sebuah panggilan. Karena itu, pemimpin harus bersikap dan bertindak profesional, sadar akan panggilannya. Konsekuensinya, setiap pemimpin harus mengembangkan diri agar cakap dalam memimpin.
Seorang profesional adalah orang yang menyadari betul arah hidupnya, mengapa dia menempuh jalan itu, dan bagaimana caranya dia harus menuju sasarannya. Pemimpin seperti ini menyenangi pekerjaannya karena bisa mengerjakannya dengan baik. Seorang profesional adalah seorang yang senantiasa siap siaga dengan gagasan bila diperlukan, ditambah dengan ratusan  gagasan lainnya sekalipun tidak ada orang yang meminta daripadanya. Pemimpin yang profesional adalah seorang yang mau bekerja keras untuk mencapai tujuannya.
Dalam konteks saat ini, terlepas dari pro dan kontra yang ada, menurut saya, pernyataan Sri Mulyani baru-baru ini yang mengakui bahwa pengunduran dirinya dari jabatan Menteri Keuangan karena ia tidak dikehendaki lagi oleh lingkungan politik, mencerminkan sudut pandang dari seorang profesional. Dia melihat kariernya tak diukur dari politik melainkan kinerja dan kesuksesan serta dari kacamata profesional dan jabatan profesional. Akhirnya, orang tahu bahwa dia memiliki karakter kuat, tidak mau didikte dan tidak mau berkompromi, tegar, tidak emosional, profesional di bidangnya dan telah mengambil sebuah keputusan elegan setelah merasa tidak dibutuhkan lagi dalam kancah perpolitikan di Indonesia.
3.      Memimpin dengan Kepedulian
John P. Kotter, Seorang professor Harvard Business School mengatakan bahwa “…management deals mostly with the status quo and leadership deals mostly with change, in the next century we are going to have to try to become much more skilled at creating leaders…”. Singkatnya, perubahan merupakan tugas pimpinan dan seorang pemimpin harus mampu mencetak pemimpin-pemimpin pada level di bawahnya dalam jumlah yang cukup banyak, pemimpin harus mempersiapkan kader-kader yang lebih baik untuk melanjutkan estafet kepemimpinannya. Seorang pakar leadership, John C. Maxwell mengatakan “The most effective leadership is by example, not edict”. Menurut dia, 90 persen manusia belajar secara visual, sembilan persen secara verbal, sisanya satu persen dengan indra lainnya. Maka dari itu, keteladanan menjadi kunci yang sangat penting dan menjadi nilai yang fundamental untuk diwariskan pada pemimpin selanjutnya, karena keteladanan seorang pemimpin dapat dilihat dan menjadi cerminan bagi kepemimpinan selanjutnya.
Pemimpin seperti ini senantiasa berfikir jauh kedepan dan mempersiapkan transformasi kepemimpinannya dengan sebaik mungkin. Bukan kepemimpinan dirinya saja yang dipikirkan, melainkan dia peduli dengan orang lain, terlebih kepada masa depan orang yang dipimpinnya. Ada dua fokus pemimpin, pertama adalah para pengikutnya (people) yang kedua adalah tujuannya (task). Fokus pemimpin bukanlah dirinya sendiri dan tidak pula mendapatkan keuntungan sebagai tujuan dirinya. Pemimpin yang peduli adalah mereka yang telah menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya, jauh sebelum mereka menjadi pemimpin, bahkan pada saat dia belum menjadi siapa-siapa. Dia adalah pemimpin yang paling bahagia bersama orang-orang yang dipimpinnya. Kebahagiaan orang-orang yang dipimpin adalah kebahagiannya, begitupula kesedihannya.
Dalam lembaran sejarah biografi Panglima Besar Jenderal Sudirman, kita dapat membaca bahwa kebahagiaan pemimpin adalah kebahagiaan tatkala berjuang bersama sahabat-sahabat lain dalam bergerilya di hutan-hutan untuk menghadapi Tentara Belanda dan Sekutu meski penyakit yang dideritanya semakin parah. Sejak dilantik oleh Presiden Soekarno pada 25 Mei 1946 sebagai Panglima Besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Jenderal Sudirman segera bergerak mempertahankan setiap jengkal tanah pertiwi, pada saat itulah untuk pertama kalinya tentara Republik Indonesia memiliki pucuk pimpinan yang menyatukan seluruh komando.
Itulah awal tentara Republik Indonesia menjadi organisasi tentara yang teratur, solid, kokoh, dan kuat. Jenderal Besar Sudirman mengamatkan kepada seluruh tentara dan rakyat Indonesia untuk memiliki jiwa yang bersih dan suci demi meraih cita-cita yang diidamkan, yakni kemerdekaan yang utuh. Kemerdekaan yang utuh menurut Jenderal Sudirman dalam pidatonya yang disebarluaskan oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 5 Juli 1946 adalah kemerdekaan 100 persen.
Di depan Tentara Keamanan Rakyat, dalam pidato pertamanya Beliau mengatakan ”Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Dengan demikian,perjuangan lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan. Apabila perjuangan kita sudah berdasarkan atas kesucian,maka perjuangan ini pun akan berwujud perjuangan antara kekuatan lahir melawan kekuatan batin.Dan kita percaya kekuatan batin inilah yang akan menang. Sebab, jikalau perjuangan kita tidak suci, perjuangan ini hanya akan berupa perjuangan jahat melawan tidak suci,dan perjuangan lahir melawan lahir juga, tentu yang akhirnya si kuat yang menang.Telah diakui oleh beberapa pemimpin perjuangan di berbagai tempat,bahwa kemunduran dan kekalahan yang diderita oleh barisan yang berjuang itu di manakala anggota-anggota barisan tadi mulai tidak suci lagi dalam perjuangannya dan rusuh dalam tingkah laku dan perbuatannya,’’
Keteladanan seperti inilah yang menjadikan seorang pemimpin memiliki integritas dimata orang lain, menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin yang hidup sesudahnya. Sosok seperti beliau tidak sekedar dipercaya (trust) tetapi diharapkan dan dinantikan kehadirannya. Dari dulu hingga saat ini semua rakyat cinta dan rindu akan kehadiran sosok-sosok pemimpin seperti beliau, pemimpin yang selalu peduli pada masa depan bangsa ini, peduli pada nasib seluruh rakyat Indonesia untuk bebas dan merdeka, mampu menghadirkan inspirasi dalam setiap aktivitasnya.
Tiga karakteristik tersebut secara singkat memberikan kepada kita pelajaran bahwa serorang pemimpin yang berkarakter selalu menghadirkan perubahan dimanapun berada. Pemimpin berkarakter mampu memberikan solusi dalam setiap problem yang ada. Pemimpin berkarakter selalu dikenang dan menjadi rujukan karena mampu mewariskan sebuah budaya unggul  “a culture of excellence” yang menjadi inspirasi bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar