Banner 468 x 60px

 

Jumat, 17 Februari 2012

PEMIMPIN YANG TRANSFORMATIF

1 komentar
PEMIMPIN YANG TRANSFORMATIF
John Gregorius Burns pada tahun 1978 pernah menggulirkan gagasan tentang kepemimpinan yang transformatif. Kepemimpinan yang transformatif menurut Burns adalah sebuah proses dimana para pemimpin dan para pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Kesadaran para pengikut dibangkitkan dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan pada emosi seperti kecemburuan, keserakahan dan kebencian (lihat Achmad M Masykur, 2009 ).
Dari definisi tentang kepemimpinan transformatif yang coba dibangun oleh Burns kita bisa melihat bahwa ada prasyarat yang sangat mendasar sebelum pemimpin yang transformatif itu lahir, yaitu tidak berdasarkan pada kecemburuan, keserakahan dan kebencian. Akan tetapi menurut penulis, masih ada yang kurang dari prasyarat yang diberikan oleh Burns, yaitu Jujur dan Amanah . Karena menurut hemat penulis, hanya kejujuran dan sifat amanah ( dapat dipercaya/bertanggungjawab) -lah yang akan mengantarkan seorang manusia menjadi seorang pemimpin yang transformatif. Karena akan sangat sulit orang yang tidak jujur kemudian diberi amanah untuk menjadi pemimpin, kecuali, orang tersebut berpura-pura menjadi orang yang jujur.
Terkait dengan kepemimpinan transformatif, Achmad M Masykur pernah melakukan penelitian dengan objek penelitiannya adalah Khalifah Umar ibn Al Khatab. Alasan memilih Umar ibn Al Khatab sebagai objek penelitian adalah karena keberhasilan Umar dalam mengembangkan daerah kekuasaan umat islam. Washington Irving mengatakan bahwa keseluruhan sejarah Umar menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang memiliki tenaga dan pikiran besar, integritas yang tidak dapat dibengkokkan dan keadilan yang teguh ( lihat Achmad M Masykur, 2009 ). Selain dari yang penulis tulis di atas, kita juga perlu melihat sosok Umar ibn Al Khatab sebagai seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang juga dikenal sebagai sahabat yang sangat jujur.
Islam sendiri memprasyaratkan seorang pemimpin dengan empat sifat yang harus dimiliki, yaitu : sidiq ( jujur ), tabligh ( penyampai ), amanah ( bertanggung jawab ) dan fathonah ( cerdas) ( lihat Tekad Wahyono, 2009 ). Dari sini kita bisa melihat bahwa islam pun menjadikan kejujuran sebagai sifat yang pertama kali harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sehingga ketika syarat yang pertama (sidiq atau jujur) tidak terpenuhi, maka apa yang disampaikan oleh seorang pemimpin tersebut patut dipertanyakan, karena pemimpin tersebut berpotensi menjadi pemimpin yang tidak amanah, meskipun pemimpin tersebut adalah seorang yang cerdas, lulusan universitas terkemuka di luar negeri misalnya.
Prof.Dr. Yunahar Ilyas pernah mengatakan lebih baik seorang calon pemimpin itu bodoh, tapi dia jujur dan amanah, daripada dia pintar tapi tidak jujur dan tidak amanah. Hal ini dikarenakan jujur dan amanah adalah sifat yang terkait dengan akhlak seorang manusia, dan tidak mudah mencari orang yang jujur dan amanah, apalagi mendidik menjadi orang yang jujur dan amanah. Berbeda dengan mencari atau mendidik seseorang agar menjadi pintar atau cerdas, menurut beliau hal itu tidak terlalu sulit. Menurut penulis tidak terlalu sulit bagi kita untuk mengumpulkan 10 orang ahli ekonomi yang lulusan Harvard University, tapi ada kemungkinan kita akan sulit mencari 10 orang yang jujur dan amanah yang juga lulusan Harvard University.
Oleh sebab itu, masyarakat Lombok Barat khususnya harus dapat memilah dan memilih lalu menentukan sikapnya untuk mencoblos dalam TPS nanti calon Bupati Lombok Barat Periode 2014-2019 mendatang yang memiliki sifat-sifat siddiq, tablig, amanah, dan fatonah walaupun tidak 100% daripada tidak memiliki sedikitpun sifat-sifat kepemimpinan tersebut!
INGAT!! Hanya pemimpin yang  bersifat siddiq, tablig, amanah, dan fatonah-lah yang dapat menghantar masyarakat Lombok Barat menjadi masyarakat yang maju dan sejahtera.  Selain memiliki sifat-sifat tersebut, pemimpin yang menduduki jabatan sebagai Bupati Lombok Barat nanti harus yang profesional. Sebab, tanpa profesionalisme sangatlah sulit bagi seorang pemimpin dapat membawa masyarakatnya ke arah kemajuan dan kesejahteraan. profesional yang dimaksud di sini adalah dalam makna luas, antara lain profesional dalam mengatur strategi penempatan para pejabat/bawahannya, profesional dalam mengatur anggaran untuk pembangunan, profesional dalam menerapkan strategi pengembangan ekonomi masyarakat, dan seterusnya!


1 komentar:

Posting Komentar