Cita-cita
pendiri Lombok Barat yang
menginginkan daerahnya lebih maju dan sejahtera hingga saat ini masih belum dirasakan dan dinikmati secara maksimal
oleh masyarakat luas dan hal inilah yang harus terus menjadi spirit bagi pemimpin Lombok Barat yang terpilih untuk lima (5)
tahun ke depan. Harapan
dan cita-cita untuk menikmati hidup yang lebih maju dan sejahtera ini sudah
sangat dekat untuk dapat diraih. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) yang
berlipat ganda jumlahnya saat PT Indotan memulai kegiatan eksplorasi
penambangan emas di Sekotong tahun 2015 mendatang akan membawa perubahan besar
bagi masyarakat Lombok Barat. Tetapi kalau pendapatan daerah dari tambang emas
tersebut tidak dikelola, dimanfaatkan dan didistribusikan secara adil dan
merata untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, maka masyarakat Lombok
Barat tidak akan pernah bisa menikmati kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, seperti
yang dikisahkan dalam film “Kamandanu”
jangan sampai “Pedang Naga Puspa” tersebut jatuh ke tangan
orang-orang yang “berwatak jahat”. Sebab, jika hal tersebut terjadi, maka pedang
naga puspa (uang miliaran rupiah) yang diperoleh dari tambang emas tersebut akan habis sia-sia!
Karena
itu, perhelatan Pilkada
sekarang ini, harus
bisa
menjadi sarana muhasabah (refleksi) bersama agar tidak sekedar menjadi media memperebutkan jabatan/kekuasaan semata, tapi berfikir
bagaimana agar Lombok Barat ini ke
depan lebih maju dan bisa memberi kesejahteraan pada masyarakatnya. Bupati dan Wakil Bupati
terpilih nanti, mau tidak mau, harus bekerja cerdas, keras dan
ikhlas agar
membangun Lombok Barat lebih maju dan sejahtera. Kemiskinan ditekan, pengangguran diatasi,
perekonomian meningkat, infrastrktur jalan dan jembatan serta pasar-pasar tradisional harus dibenahi
dan sumber daya manusia terus berkembang di samping juga kesehatan dan keamanan masyarakat ditingkatkan.
A.
Bayang-Bayang
Politik Uang
Politik uang
(money politic) merupakan praktik demokrasi terburuk di negeri ini. Ironisnya,
pendidikan politik yang kurang terpuji itu justru marak terjadi dalam berbagai
pilkada di beberapa daerah di
Indonesia. Akankah transaksi jual-beli suara
dalam pilkada dibiarkan terus berlangsung?
Mestinya tidak. Sebab, politik
menghalalkan segala cara itu, disadari atau tidak, termasuk tradisi politik
yang kurang mendidik bagi perkembangan demokrasi lokal di masa yang akan
datang. Celakanya, bayang-bayang praktik politik uang dalam pilkada bukannya
berkurang tapi justru kian meradang. Ibarat dua sisi mata uang, money politic
itu masih sulit dijauhkan dari panggung politik di sekitar kita.
Lombok Barat yang akan
menggelar pilkada 2013 mendatang harus terlepas dari bayang-bayang politik
uang. Masyarakat harus sadar akan arti penting demokrasi, jangan sampai
terpengaruh jika ada orang atau Tim Sukses dari calon Bupati tertentu
menggunakan “money politic” atau memberikan sejumlah uang agar mau
“mencoblos/memilih” calon Bupati yang diusungnya. Bila ada yang melakukan hal
yang demikian, agar segera dilaporkan kepada Panwaslu.
Itulah yang harus bersama-sama
diwaspadai, jika Pilkada langsung di Lombok Barat tidak ingin dicederai dengan
kecurangan politik uang. Sebuah sejarah kelam yang bisa menjadi memori buruk
bagi generasi mendatang. Politik
uang tumbuh subur dalam pelaksanaan pilkada seiring dengan pragmatisme politik
di masyarakat. Pragmatisme politik memang tidak bisa disalahkan karena itu
barangkali merupakan buah dari "keteladanan" elit politik di berbagai
daerah.
Betapa masyarakat nyaris tiap
hari disuguhi tontonan wakil rakyat yang
lupa memperjuangkan aspirasi rakyatnya. Bahkan asyik memperkaya diri di tengah
himpitan ekonomi rakyat kecil. Mereka hanya berjanji saat kampanye dan akan
mengingkari setelah jadi. Tidak sedikit pula kepala daerah yang telah dipilih
justru tersandung kasus korupsi. Jangankan masyarakat luas, justru Tim
Sukses/Pemenangannya sendiri yang telah membantu memperjuangkan dirinya
sehingga terpilih menjadi Wakil Rakyat/ Bupati/Wali Kota dilupakan sesaat
setelah dilantik! Hanya kekecewaan dan penyesalan yang diperoleh masyarakat dan
Timnya!
B.
Gerakan Bersama
Politik uang dalam pilkada, apa
pun bentuknya, memang tidak dibenarkan. Bahkan, jauh-jauh hari sudah ada
undang-undang yang mengatur siapa pun yang terbukti melakukan praktik money
politic dalam pilkada bisa dipidanakan. Hal
itu jelas diatur dalam UU No 12 tahun 2008 yang merupakan revisi UU No 32 tahun
2004 ikhwal pemerintah daerah, di mana pelaku politik uang bisa diancam pidana
minimal 2 bulan dan maksimal 12 bulan dengan denda paling sedikit Rp 1 juta dan
paling besar Rp 10 juta.
Tidak itu saja. Pasangan calon Bupati
atau tim sukses yang terbukti melakukan pelanggaran money politic (memberikan
uang atau sesuatu untuk mempengaruhi pemilih), berdasarkan keputusan Pengadilan
Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap bisa dikenakan sanksi
pembatalan sebagai pasangan calon terpilih. Karena itu, agar bayang-bayang
politik uang tidak menghantui pilkada di Lombok Barat perlu dilakukan gerakan
bersama dalam banyak hal, antara lain:
1. Sosialisasi akibat hukum pelaku politik uang
yang bisa dipidanakan harus gencar dilakukan hingga ke masyarakat lapisan
bawah. Pasalnya, sasaran money politic biasanya diarahkan ke masyarakat di
pelosok-pelosok yang masih belum mengerti politik. Jika warga tahu akibat
hukumnya, mereka pasti akan berfikir dua kali untuk menerima uang haram itu.
2. Perlu ada kampanye bersama tentang anti
politik uang. Bila mungkin ada kampanye massal, "Terima Uangnya, Tapi Jangan Pilih Orangnya", agar
pasangan calon tidak jor-joran membagi-bagi uang ke masyarakat. Jika kampanye
ini berjalan, pasangan calon yang akan melakukan politik uang pasti akan
berfikir dua kali. Pasalnya, bisa uangnya habis tapi tidak dapat suara alias
tidak terpilih.
3. Betapa pun beratnya di tengah iklim politik
yang menjenuhkan, pemberdayakan politik rakyat harus terus dilakukan.
Masyarakat perlu diberitahu bahwa memilih calon pemimpin harus berdasarkan
pertimbangan kapasitas, kapabilitas, integritas dan moralitas yang dimiliki
pasangan calon bukan karena faktor “bagi-bagi uang”.
Jika gerakan bersama di atas
bisa dilakukan, maka Pilkada di Lombok Barat akan terhindar dari politik uang.
Syukur-syukur, meski mustahil, praktik tercela demokrasi lokal itu, bisa
dihilangkan sama sekali di daerah ini, agar bisa menghasilkan Pemimpin yang
bermartabat dan terhormat. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan bimbinganNya!
C. Menakar
Kekuatan Pemilukada Lobar 2013
Teka-teki
siapa yang bakal bertarung dalam Pemilukada Lombok Barat akan segera terjawab pada awal pertengahan tahun 2013
nanti. Dengan
munculnya nama-nama Cabup dan Cawabup di tahun 2013 nanti tentu warga Lombok Barat yang punya hak pilih tinggal
menimbang-nimbang, memilih dan memilah, siapa yang layak dan pantas memimpin
daerah ini lima tahun ke depan.
Terlepas
dari pengaruh kampanye yang bakal digelar sebelum pemungutan suara pada hari H nanti, hampir dipastikan dalam sanubari pemilih
sejatinya sudah ada pilihan siapa kira-kira yang akan dicoblos saat hari H
tiba.
Karena,
diakui atau tidak, warga masyarakat
kita sudah
cukup cerdas untuk menentukan pilihan sesuai hati nuraninya, meski tak bisa
dipungkiri sebagian pemilih masih ada yang menentukan pempimpinya karena faktor eksternal seperti pengaruh Tuan Guru, kiyai
atau ustat.
Namun demikian, harapan
kita, pemimpin yang terpilih nantinya adalah birokrat yang enterpreneur. Dalam
artian beliau seorang politisi yang hebat, berpengalaman di bidang birokrat,
namun juga seorang yang punya visi pengembangan ekonomi dan usaha yang hebat
pula, serta agamis (religius), dalam arti memiliki pengetahuan agama yang dianutnya secara mendalam, taat beribadah dan menjalankan ajaran agamanya. Perpaduan dan sinergitas antara 4 unsur tersebut ( enterpreneur, birokrat dan politisi, serta religius) pastinya akan
menciptakan Lombok Barat akan
menjadi daerah yang mapan secara ekonomi, kondusif secara sosial
politik, dan hidup rukun dalam kedamaian, ketentraman dan dalam
keharmonisan, sesuai dengan harapan kita semua, yakni masyarakat Lombok Barat yang lebih maju dan
sejahtera yang berkeadilan sosial.
Siapa calon Bupati yang berpengalaman di bidang birokrasi, politik dan
ekonomi serta tersebut? Tentu masyarakat lebih tahu!
Terlepas
siapa yang akan terpilih, masyarakat berharap agar calon yang
akan bertarung bersaing secara sehat sehingga Pemilukada Lombok Barat pun akan berjalan damai,
sukses tanpa ekses. Semoga!
Amiin ya rabbal ‘alamin.
D. Agenda di Balik Pemilukada 2013
Insya
Allah, Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah), Lombok Barat akan digelar 2013. Sejenak, mari kita lupakan saja hiruk-pikuk perhelatan politik tingkat
lokal itu. Kini justru yang lebih penting dari itu adalah apa yang
sebenarnya dibutuhkan masyarakat Bumi Patut Patuh Patju ini ke depan. Karena, sesungguhnya masih banyak
agenda mendesak yang perlu dipikirkan untuk memajukan daerah ini. Perhatian warga menjelang
pemilukada hanya sekadar pada figur siapa yang harus dipilih tanpa berfikir
soal kebutuhan daerah dan kemampuan calon memajukan wilayahnya justru bisa
berbuah petaka.
Pasalnya,
diakui atau tidak, maju dan
berkembangnya suatu daerah, sejahtera tidaknya masyarakat,
tergantung bagaimana platform yang diusung, bukan kamuflase figur dan kemampuan
uang apalagi sekadar janji belaka.
Lombok Barat memiliki
potensi kekayaan alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai daya tarik
wisata alam. Daratan yang indah, gunung yang menjulang tinggi, lembah yang
mempesona, laut yang luas dengan pantai berpasir putih, gili-gili yang mungil,
semua itu dapat dijadikan sebagi obyek wisata alam dan daya tarik yang
tiada ternilai harganya baik bagi
masyarakat/wisatawan lokal, nasional maupun mancanegara. Demikian pula kekayaan
budaya yang berupa adapt-istiadat, kesenian, sejarah, dan budaya hidup masyarakat serta berbagai
keterampilan yang dimiliki masyarakatnya
untuk membuat kerjainan tangan dan industri
rumah tangga lainnya dapat juga dijadikan sebagai wisata budaya. Ini membutuhkan sentuhan tangan pemimpin yang punya grand desain agar potensi alam, seni dan budaya itu memberi efek ekonomi
untuk meningkatkan kemajuan dan
kesejahteraan masyarakatnya.
Sebab,
tanpa pemimpin yang punya visi ke depan, Lombok Barat seolah hanya seonggok daerah yang cuma laris
manis jadi bahan dagangan ketika hajat pemilukada akan dihelat. Selebihnya,
soal bagaimana nasib masyarakatnya ke depan
acap kali lupa dipikirkan.
Inilah
yang barangkali bisa menjadi bahan refleksi di tengah suhu panas dan
kasuk-kusuk menjelang pemilukada kali ini. Jangan sampai sahabat-sahabat di seluruh masyarakat Lombok Barat terlena
dan hanyut dengan janji manis kampanye, money politik, tanpa melihat nasib
daerah selanjutnya.
Masyarakat harus diberikan penjelasan
agar memperoleh gambaran yang jelas bagaimana calon Bupati akan memenangkan
Pilkada dan apa yang akan dilakukan untuk mengisi kemenangannya agar dapat memenuhi
serta dapat mengisi kemenangannya itu dengan kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan janji-janji yang dilontarkan semasa berkampanye!
Pilkada Kabupaten Lombok Barat yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 untuk periode 2014-2019 tentu akan menggunakan anggaran APBD yang diperkirakan cukup besar. Sebuah dana yang besar untuk suatu kegiatan pemerintahan yang sebagian besar dananya diperoleh dari keringat dan tetes darah “PAD” yang secara riil diperoleh dari aktivitas ekonomi masyarakat.
Pilkada Kabupaten Lombok Barat yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 untuk periode 2014-2019 tentu akan menggunakan anggaran APBD yang diperkirakan cukup besar. Sebuah dana yang besar untuk suatu kegiatan pemerintahan yang sebagian besar dananya diperoleh dari keringat dan tetes darah “PAD” yang secara riil diperoleh dari aktivitas ekonomi masyarakat.
Oleh sebab
itu diperlukan efisiensi dan efektifitas anggaran sehingga pesta demokrasi di
kabupaten Lombok Barat tersebut, tidak menjadi sebuah ajang “penyia-nyiaan”
dana rakyat yang diperoleh dengan susah payah.
Selain
efisiensi, mekanisme lain yang memungkin “uang” rakyat terselamatkan adalah
dengan melaksanakan Pilkada satu putaran saja. Kenapa satu putaran? Sebab apabila
kita melaksanakan pilkada hanya satu putaran, maka cost politic yang dibebankan
kepada rakyat dapat ditekan seminim mungkin. Kedua, agar produktifitas
masyarakat dalam menggerakkan sektor riil tidak terhambat. Iklim usaha dan
ekonomi sangat tergantung pada situasi keamanan dan isu-isu politis suatu
daerah. Karenanya pelaksanaan Pilkada yang syarat muatan politis dan sangat
rentan terhadap aksi-aksi kecurangan, serta dapat membuat suasana kemanan
menjadi tidak kondusif yang disebabkan persaingan yang tidak sehat dan tidak
wajar dalam memenangkan persaingan akan menjadi bumerang dan blunder bagi
strategi pembangunan ekonomi daerah.
Ketiga,
ketahui bahwa nilai tawar birokrasi dalam pilkada amatlah besar, jejaring kerja
yang kompleks dan mengakar menjadi bargaining power yg cukup hangat dan nyaman
bagi calon calon yang dapat memanfaatkannya, di sisi lain birokrasi dituntut
untuk netral dan tidak terpengaruh kepentingan politik. Sehingga mau tidak mau,
suka tidak suka, politik akan menyeret birokrasi dalam lingkaran dalam proses
pilkada. Dapat dibayangkan apabila semakin lama pilkada, maka semakin dalam
birokrasi terseret dalam mekanismenya dan sekali lagi birokrasi akan menjadi
pelayan partai politik dan bukan sebagai pelayan masyarakat.
Dari
beberapa alasan diatas, kiranya kita harus dapat menjadi Agent of Social
Change, untuk “memaksa” dilaksanakannya PILKADA SATU PUTARAN SAJA, tentunya
sesuai role of law yang telah ditetapkan oleh konstitusi. Marilah kita berpikir
strategik dan efisien bagaimana mengurangi resiko dan meningkatkan
keuntungan/manfaat (”to minimize risks and to maximizize profits”) dari pilkada
itu sendiri. Caranya adalah mendukung calon kepala daerah yang kapabel, acceptable,
memiliki integritas tinggi, loyalitas kepada daerah, berakhlak dan bermoral
serta intelektual dan didukung secara luas oleh masyarakat, di samping
merupakan politisi yang berpengalaman, birokrat yang berpengetahuan luas
tentang pemerintahan serta enterprenur (pengusaha) yang handal di bidang
ekonomi.
Untuk
indikator, kapabel, acceptable, memiliki integritas tinggi, loyalitas kepada
daerah, berakhlak dan bermoral serta intelektual yang tinggi, tentunya
masyarakat telah paham dan bisa menentukan secara profesional pilihannya,
pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara kita melihat calon yang didukung
secara luas oleh masyarakat. Tentunya tidak mudah menentukan hal tersebut.
Harapan
kita, pemimpin yang terpilih nantinya
adalah birokrat yang enterpreneur. Dalam artian beliau seorang politisi yang
hebat, berpengalaman di bidang birokrasi, namun juga seorang yang punya visi
pengembangan ekonomi dan usaha yang hebat pula, serta bersifat riligius. Pemimpin yang religius adalah pemimpin yang mengerti dan mempunyai pengetahuan agama yang cukup serta taat dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Perpaduan dan sinergitas antara 4 unsur tersebut ( enterpreneur, birokrat dan politisi, serta religius) pastinya akan
menciptakan Lombok Barat akan menjadi daerah yang mapan secara ekonomi, kondusif secara sosial politik, dan hidup rukun dalam kedamaian, ketentraman dan dalam keharmonisan, sesuai dengan harapan kita semua, yakni masyarakat Lombok Barat yang lebih maju dan
sejahtera yang berkeadilan sosial.
OK setuju PILKADA Kabupaten Lombok
Barat SATU PUTARAN SAJA, semuanya kami
serahkan kepada anda !!!
E. Mengapa Saya harus Jadi Bupati?
Inilah pertanyaan penting yang harus ditanyakan oeh masyarakat Lombok Barat kepada setiap calon Buapti dan Wakil Bupati yang ingin bertarung memperebutkan kepemimpinan di Lombok Barat, yakni, " Mengapa Anda mau menjadi bupati/wakil Bupati?"
Pertanyaan tersebut memang agak "nyeleneh" atau mungkin kurang sopan sehingga sang calon Bupati/wakil bupati bisa tersinggung. Tetapi bagi saya pertanyaan tersebut harus diajukan kepada sang calon di depan publik agar masyarakat tahu mengapa dia mau menjadi Buapti. Dengan demikian masyarakat tahu secara mendetail hal-hal yang melatarbelakangi dirinya menjadi Buapti.
Bagi saya pribadi, ada beberapa hal yang melatarbelakangi atau mendorong saya harus menjadi Buapti Lombok Barat selama 5 tahun ke depan (Ingat: Saya cukup satu periode saja! dan tidak akan mencalonkan diri lagi menjadi Bupati. Ini merupakan janji saya pada diri saya, masyarakat Lombok Barat dan janji saya kepada Allah SWT), yaitu:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar